Senin, 25 Juli 2011

Kematian (Pesan Singkat dari Tuhan)

Sebenarnya tulisan ini ingin aku posting dari kemarin, tapi keterbatasan waktu untuk menulisnya. Mengenai awal aku ingin menulis tulisan ini adalah akumulasi dari beberapa kejadian yang aku dapat saat itu. Tepatnya tanggal 23 Juli 2011, pagi hari ketika aku tiba di kantor tempat aku kerja. Sebenarnya hanya mendengar, bukan merasakan secara langsung. Tapi berita tentang kematian ini cukup membuat aku prihatin dan sedih, ada rasa simpati kepada orang yang mengalami musibah sepeerti ini.

Saat itu aku sedang duduk dekat meja Sekuriti kantor, saat itu sekuriti kantor merupakan pihak yang mengalami musibah itu, salah satu anggota keluarganya kembali kepangkuan sang Khalik, kabar beritanya cukup mengejutkan karena didapatnya hanya lewat via telpon seluler. Setelah mendengar berita dari hasil percakapan Sekuriti dengan keluarganya, aku pun spontan mengatakan “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun”. Kalimat ini mesti dikatakan ketika mendengar dan melihat musibah dari saudara-saudara kita, entah siapa dan bgmn latar belakang keluarganya. Menjelang siang, sebuah arak-arakan lewat yang sedang membawa jenazah, dengan sejumlah kendaraan bermotor dan mobil menguasai badan jalan dan menjadikan kondisi jalan menjadi macet, karena beberapa jalur di kuasai oleh arak-arakan jenazah itu. 

Ada sisi negative dari tingkah pengarak jenazah itu, seperti penguasaan jalanan yang menganggu pengguna jalan yang lain. Menjelang senja hari, saat itu aku sedang asyik menikmati teh gelas dan snack yang aku beli dari kios sebelah. Saat itu aku sedang berada di bengkel milik temanku, cukup jauh dari tempat aku tinggal. Sambil aku menikmati teh dan snack itu, aku juga sedang menelpon adik aku yang berada di papua. 

Setelah beberapa bercerita dengan adik aku. Adzan maghrib berkumandang, aku pun berpamitan dengan adik aku untuk segera pulang ke rumah. Tiba-tiba teman aku, pemilik bengkel itu mengatakan berita kematian dari salah satu dosen tempat kami kuliah dulu. “Inna lillahi wa inna ilihi rajiun”, Simpati, hal pertama yang kulakukan dan terpikir olehku, keinginan tuk segera kembali ke rumah akhirnya ku urungkan. Aku memutuskan untuk ikut melayat setelah sholat maghrib. Beberapa teman yang lain, aku pun berangkat bersama mereka kerumah duka.

Jumat, 22 Juli 2011

Ekonomi Versi Orang Miskin

Sore hari, tampak sinar mentari telah beranjak turun dengan perlahan. Seharian tak melakukan apapun, duduk ditemani segelas teh yang menyemangatiku hingga saat ini. Di ranting pohon mangga itu, bertengger seekor burung gereja yang sedang menikmati sore harinya bersama pasangannya, aku jadi iri melihatnya bercanda dan dengan kicauannya, entah seperti apa yang mereka katakan.

Di kejauhan, ujung jalan. Aku melihat seorang yang keperawakannya telah tua dan sedang sibuk dengan jualannya. Penjual makanan ringan, keripik singkong. Ada keinginan untuk membeli, tapi untuk saat ini aku tidak memiliki uang untuk membeli makan itu, walaupun tenggorokan ini terus meminta tapi karena aku sedang berusaha menghemat isi dompetku yang sudah tinggal beberapa lagi.

Cukup dari kejauhan aku perhatikan dengan seksama, tak beberapa lama dia pun menghitung pendapatan yang telah dia dapatkan dari hasil penjualannya. Aku malah penasaran total berapa dia dapatkan hari ini, sesekali dia menjilat jari-jarinya untuk menghitung uangnya. Alangkah nikmatnya cara dia menghitung uang dari hasil jualannya, rasa kepuasan tersendiri hingga begitu seriusnya tak peduli orang yang lewat didepannya.

Aku tak begitu tahu tentang ekonomi, defenisi dan segala macamnya. Yang aku tahu hingga saat ini, segala sesuatunya harus bernilai dengan uang. Everything is money, apapun defenisi menurut anda tentang uang. Intinya dia “uang” adalah segalanya, hingga nyayian “ ada uang abang ku saying, gak ada uang abang ku tending”. Sedalam itukah nilai uang hingga orang-orang rela melakukan apa saja untuk mendapatkannya, baik itu dengan jalan baik (halal) ataupun dengan cara kotor (haram).

Aku ada karena ada uang menjadi falsafah diri, yang menjadikan ke-eksis-an seseorang, seperti mobil mewah, barang antik dalam rumah, dan sejenis barang yang mengisyaratkan bahwa orang tersebut betul-betul berada atau memiliki predikat “orang kaya”. Bagaimana dengan orang yang tergolong sebagai orang miskin ? . Apakah sikap/ cara mendefinisikan tentang ekonomi ? sebagai sesama orang miskin, pasti berharap jadi orang kaya, tapi kapan waktunya itu tidak bisa dipastikan, jika aku berusaha pasti bisa. Tapi saran aku, jangan pernah lakukan atau menjadi orang kaya dengan cara kotor, seperti nyanyian SLANK, seperti Para KORUPTOR.

Kamis, 14 Juli 2011

Hatiku Satu, Cintaku Satu, Hanya Dirimu

Terang malam, dingin nan beku
Resapi resahku, rajuk merindumu
Ingin kuceritakan kisah cinta untukmu
Pengantar tidur, wahai perempuanku

Tak bias kata, kurangkai sebuah puisi rindu
Rentetan makna, jelas tentang dirimu
Hadirkan kelembutan, hangatkan kalbu
Sosok bidadari, kini kudapatkan darimu

Tak urung kata indah menghiasi
Hingga hatiku teriak memanggil tiada henti
Berkisah bidadari impian hati
Lukiskan keanggunan perempuanku berhati peri

Hentikan siksamu padaku akan bayangmu
Segeralah sambut harapku tuk meminangmu
Hatiku satu begitu pun hatimu
Cintaku satu, karena hanya untukmu

Selasa, 12 Juli 2011

Dirimu Kesempurnaan

Utarakan ingin mu kepadaku, pasti kupenuhi karena itu janjiku

Ungkapkan isi hatimu, pasti akan kuwujudkan karena itu cita kita

Dirimulah bidadari mewujud manusia untuk ku seorang

Hatimulah yang menundukkan ego ku, yang mengajarkan arti cinta

Riak pesonamu buat diriku luluh tuk tunduk akan keagungan Pencipta

Kesempurnaan hanya kudapatkan darimu, di hatimu cintaku.


Senin, 11 Juli 2011

Moment Bersamamu

Moment...
Awal dan akhir cerita
Bukan dibuat untuk dinikmati, tapi selalu terngiang di hati

Moment...
Diriku kepadanya, dengan janji
Kuraih tangannya, tuk nyatakan niatku kepadanya

Moment...
Kisah cinta kami berdua (Savart feat Ummul)