Senin, 09 Mei 2011

Ada Apa Dengan Agama-ku

Agama ku adalah adalah urusanku, Neraka dan Syurga hanyalah sebuah ekspektasi manusia. Tidak perlu mempersoalkan tentang dosa besar yang telah aku lakukan. Cukup mengetahuinya meskipun berulangkali dirimu memperingatkan-ku. Selama aku tak mengganggu agama-mu.

Bencilah pribadi-ku, bukan agama-ku. Bukan agamaku yang salah, karena aku diciptakan untuk di goda iblis. Jadi salahkan Iblis, dialah playmaker kesalahan-ku. Tak apalah jika kelak aku ditempatkan di neraka, bukan karena aku merindukan iblis, tapi aku rindu neraka.


Mungkin kata-kata yang di ucapkan oleh Nurdin diatas, merupakan bentuk ke-kecewaannya pada saudaranya yang menganggap agamanya adalah suatu yang buruk. Hatinya menuntut akan hujatan yang dilemparkan kepadanya. Bukan karena dia adalah teroris ataupun penganut aliran keras, tapi karena hanya berpacaran dengan perempuan yang tidak se-agama dengannya.

Ada apa dengan agamaku, salahkah aku menjadikannya calon pendamping hidupku. Dia tak buruk, diapun sama denganku, keluarganya ramah denganku, dia memiliki apa yang aku inginkan, tapi bukan karena materi.

Setelah keraguannya memuncak, dia pun bingung untuk menemukan solusi dari permasalahannya. Dia menatap ke langit-langit rumahnya, seraya menanti akan datang sebuah ke ajaiban, matanya melotot hingga gerak-gerik cicak pun dia perhatikan.

Kemudian dia (matanya) tertuju pada tulisan kaligrafi di dinding rumahnya. Dia bergumam, dan memohon maaf kepada Tuhannya,

“ Ya Allah, Apa yang salah dari pilihan hatiku, bukankah firman Mu mewajarkan bahwa Engkau menciptakan pasangan hidupku?”

Tak henti, matanya yang sudah mulai kemerahan, dia tetap menatap ke langit-langit rumahnya, hingga matanya tertuju pada meja disampingnya, diatas meja itu terdapat sebatang rokok, rokok itu adalah milik temannya yang ditinggal, kebetulan temannya seorang perokok. Dia pun meraih rokok itu dan menghisapnya, begitulah caranya dia menenangkan pikirannya. Meskipun rokok itu mengandung racun (Nikotin dsb).

Setelah sampai setengah dari rokok itu dia hisap, akhirnya dia inisiatif untuk merungdingkannya dengan kenalan barunya, namanya Aminah.

Dia (Nurdin) pun mempertanyakan hal-ikhwal kegelisahannya kepada Aminah yang baru beberapa hari dia kenal. Dia pun meraih handphone miliknya dan mengecek sisa pulsa yang dia miliki. Kemudian jemarinya mulai menari diatas tuts handphone miliknya, di pun mengirimkan sms kepada si Aminah.

Nurdin : “ Assalamu alaikum… lg ngapain!”

Aminah : “ Wa alaikum salam Wr.Wb…lg duduk di teras”

Nurdin : “ Hmmm….M’nurut kamu, tipe cowok yg kamu suka s’perti apa?”

Aminah : “ Hmmm… yang penting itu agamanya dunk, hehehe…..” sambil tersenyum…Kalau Kamu seperti apa..?

Nurdin : “ Kalau Aku tidak penting agamanya seperti apa, yang jelasnya beriman, kemudian hatinya cantik, mau menderita bersama saya, dan siap terima konsekuensi.

Aminah : “ Wah…agama itu penting loh, dalam islam tidak dianjurkan menikah dengan yang tak se-agama, jika menikah dengan orang tidak se-agama maka dia dianggap ber-zina. Artinya kamu bisa berdosa…trus menurut saya, orang yang bertanggung jawab atas keyakinannya otomatis akan bertanggung jawab juga terhadap orang lain dan kehidupannya..”

Nurdin : “ hehehe…. Itu hadits siapa perawinya….?...jika hadits itu perawinya (Bukhari dan Muslim) selain mereka saya tdk percaya….Albert Einstein lahir sebagai orang yahudi, apakah dia pantas di katakan kafir ..? berdosa..? walaupun dia disebut tak beragama tapi dia memiliki kepercayaan. Sedangkan orang orang-orang yang Korupsi memiliki agama tapi tak ber-iman.

Aminah : “ Aduh..kayaknya prinsip kita berbeda yah..heeheheh….mengenai kelahiran Einstein tdk ada yang salah. Tapi bukankah apa yang telah ditakdirkan pada kita harus tunduk pada aturan masing-masing agama kita…”

Nurdin : “ Apakah prinsip harus menjadi tembok pemisah ketika saya menaruh hati pada seseorang..?

Pesan singkat itu pun terputus begitu saja, harapan Nurdin untuk mendapatkan solusi terhenti. Mungkin suatu saat dia mampu menemukan cara untuk mendapatkan jalan untuk keluar dari. Dia akhirnya membaringkan badannya di lantai, pandangannya kosong.

Akhirnya kedua matanya tertuju pada sebuah botol bertuliskan “Danger”. Pikirannya pun tak karuan, mungkin inilah solusi dari pesan singkat itu.

Diraihnya botol itu, dan meneguknya dengan perlahan. Hatinya mengucap maaf, Tuhan...! terima kasih..KAU telah menciptakan neraka untukku.

1 komentar:

  1. hmmm... mantaf, kreatif... tp endingx terlalu dramatis, knp endingx nda pergi ambil air wudhu trus sholat, hehe :)

    BalasHapus