Kamis, 24 Februari 2011

Ungkapan Mistis (Status dalam Facebook)

Sore menjelang petang, panas matahari tak cukup lagi melumat kulitku yang hitam dan halus ini. Perjalanan yang cukup jauh dari tempatku bermain tiap hari, demi sebuah status sosial. Aku yang sedang mengendarai sepeda bermesin ini, menyimak dengan seksama, [kakan kiri ada pohon cemara :D]. Orang-orang telah berbenah mengurusi rumah mereka, ada yang menyapu halaman rumahnya, ada juga yang bergosip (gossip tentang nasib Negara kita), (mudah-mudahan saja). Nasib rakyat bawahan, nikmati jalan berlobang dari hasil pajak rakyat yang tak kunjung selesai. Sungguh kasihan para pekerja yang sering disalahakan, ini dan itu, yang disana dan yang sebelah sana. Cukup memprihatinkan. Tapi apapun keadaannya, mestinya kita mendukung langkah pemerintah sejauh ini. Yah, semoga cepat selesai.harap semua orang.

Orange senja sebentar lagi hilang, digantikan cahaya bintang , satu persatu bermunculan. Tapi mungkin malam ini tidak, awan hitam cepat menyambut, pertanda bumi ku akan di turuni hujan. Bulir pada telah kuning, sebentar lagi kawanan petani akan berpesta menyambut datangnya musim panen. Yah, kerbau pun mengeluh, sebulan akan datang mereka akan bekerja. Mereka pun melakukan latihan fisik untuk otot-otot mereka, memanfaatkan waktu sebanyak-banyaknya untuk berluluran tanah ditengah persawahan yang tak terjamah olah pemiliknya, alangkah riangnya mereka, walapun terbesit kata mengaduh dalam badannya yang telah kian akan menua.

Melewati perempatan jalan, telihat Polisi lalu lintas mengatur jalan. Dengan sabarnya, melakukan tugasnya, walaupun terlihat seorang pengendara motor ditahan. Jalur yang ia lewati merupakan jalur yang salah. Apalah arti sebuah jalan kalau tak dilewati, namanya jalan harus dilewati. Tapi mungkin pengendara motor ini kurang beruntung. Pikirnya hari telah petang, jadi tidak ada lagi pengatur lalu lintas yang beroperasi. Mudahan-mudahan diberikan keringanan.

Syukurlah, akhirnya sampai di gubuk peristirahatanku. Kuhempas lelah dan panas setelah perjalanan dari tempatku bermain. Sejenak aku duduk dikursi yang sudah peot, terlihat warna yang telah memudar pada kursi plastic berwarna merah itu. Tapi ke empat kursi telah banyak menyenangkan hati para tamuku yang telah datang. Katanya kursi kamu telah peot dan kusam, kenapa tidak diganti saja. Tapi pernyataan itu hanya berlalu di telingaku, ku anggap sebagai lelucon walaupun terkesan menyindir.

Puas dengan istirahat, ku sempatkan untuk membuat segelas teh, minuman favorit aku yang sering membuat diriku rileks setelah seharian bermain di padang harapan. Minuman yang telah memberiku intuisi untuk tetap mengingatnya, memberikan inspirasi keseharian, dan juga teman bermalas-malasan di depan computer yang aku beli dengan hasil peras keringatku dan akhirnya memberiku ruang untuk menikmatinya juga. Tapi kenikmatan paling nikmat di dunia adalah tertawa. Terserah dianggap gila atau semacamnya.

Adzan maghrib berkumandang, bau badan masih menyengat. Hiraukan saja, hatiku menyela. Aku bergegas mengambil pakaian ganti, menuju ke masjid dekat rumah, tak jauh dari gubuk peristirahatanku. Usai shalat maghrib, aku menatap langit. Teringat senyum miliknya, kuambil handphone dalam saku celanaku, ku buka profil facebook milikku. Kutulis status “Banyak lisan tuk di ungkapkan, banyak harapan tuk panjatkan, banyak kiasan tuk ditafsirkan. Tak cukup kertas, tak cukup tinta untuk menulisnya. Hanya sebatas memandang dan merasakan tanpa menyentuh. Rindu terbalut kalut, rajut terpaku oleh samarnya cinta. Inilah "ungkapan mistis" dariku, untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar